Contoh Autobiografi bagi pelajar,Story of My Life




Kisah Hidup Diriku
Nama saya Shantika Erina Azel. Teman sekolah kerap memanggil saya Shantika atau Azel,sedangkan keluarga dan tetangga memanggil saya Erin atau Ririn. Saya lahir di kota Pekanbaru pada tanggal 15 September 1997. Yakni,tahun dimana masyarakat kota Pekanbaru  mengalami penderitaan dalam gumpalan asap. Mungkin itu salah satu alasan lain mengapa saya memiliki kulit sawo matang. Saya dilahirkan di tengah-tengah keluarga yang kekurangan,sederhana atau berkecukupan. Hal itu membingungkan karena keluarga kami mengalami banyak sekali pasang surut ekonomi. Saya merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Saya mempunyai seorang abang  yang bernama dan hanya dialah satu-satunya saudara kandung saya. Dalam rentang usia kami memiliki perbedaan usia yang cukup signifikan yaitu tujuh tahun. Keluarga kecil kami dikepalai oleh seorang kepala keluarga yang ramah,penyabar,bijaksana,baik,religius dan penyayang. Itulah sosok seorang Ayah yang banyak diidam-idamkan anak-anak. Ayah saya bernama Azimur. Ayah saya merupakan anak yatim piatu,hal ini menjadi  salah satu penyebab mengapa Ayah sangat menyayangi anak-anaknya,terlebih saya. Ayah bekerja di sebuah perusahaan swasta yang bergerak di bidang pompa dan alat-alat yang dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan besar seperti Pertamina dan RAPP. Mama saya merupakan ibu  rumah tangga yang cukup efektif dan efisien dalam pengunaan uang. Selain itu mama juga memiliki sifat sangat cerewet,namun ya begitulah kodrat seorang wanita. Mama rajin memasak dan memiliki kemampuan dan keterampilan yang bagus dalam bidang memasak dan menjahit serta merangkai bunga. Dulu kami tinggal di sebuah ruko yang strategis di Jl.Kuantan Raya dengan ukuran ruko yang  lumayan besar dengan fasilitas seorang sopir dan sebuah mobil perusahaan.

    
Seiring berjalannya waktu,sekitar satu tahun sudah aku berada di bumi Allah ini. Kami pindah ke sebuah rumah sewa di Jl.Kuantan 2 Gg.Jawa no.8A. Kami pindah karena Ayah berpindah kantor. Tak banyak memori yang saya ingat di waktu kecil. Satu memori yang paling melekat pada ingatan saya,yaitu Ayah saya berhenti bekerja lalu membuka  badan usaha sendiri dibidang Mechanical Seal Supplier and Pump. Nama badan usaha itu ialah PT.Putra Putri Azel. Alhamdulillah,usaha itu berjalan dengan lancar hingga akhirnya Ayah dapat mengumpulkan sejumlah besar uang rupiah bahkan uang dolar. Dan pada waktu itu Ayah juga membeli tanah berukuran 600 meter persegi di sebuah daerah yang sekarang diberi nama Jl.Labersa. Dan pada tahun 2000 keluarga kecil kami dapat membeli sebuah mobil Isuzu Panther keluaran terbaru dan merupakan unit yang pertama di Pekanbaru.    Keluarga kami sangat bahagia dikala itu. Kami sering pergi rekreasi dalam kota ke Alam Mayang,Taman Damai Langgeng dan  di luar kota yakni,Batang Tabit,Pantai Maling Kundang,Danau Singkarak,Lembah Anai,Sungai Air Jernih,Padang,Bukittinggi dan tempat-tempat menarik lainnya yang ada di propinsi Sumatera Barat.   
Tidak ada kebahagiaan yang kekal di dunia fana ini. Itulah yang terjadi pada keluarga kami. Belum cukup rasanya kami menikmati kebahagiaan dari karunia Allah,Tuhan Yang Maha Merajai. Ada benarnya pepatah yang mengatakan roda pasti berputar. Kita tidak akan selalu berada di atas ada kalanya kita akan berada di bawah. Ya,begitulah nasib yang kami alami.    Ayah menganggur tak lama setelah kejayaan bisnis yang digelutinya. Setiap pagi Ayah duduk di kursi ruang tamu. Anehnya lagi,baru duduk sebentar,Ayah mengantuk dan lansung tertidur duduk. Sedangkan Mama hanyalah seorang Ibu Rumah Tangga. Banyak hal yang Mama pusingkan ketika Ayah menganggur. Wajar saja, Ibu mana yang tidak akan khawatir ketika kondisi keuangan keluarga memburuk dan persediaan sembako menipis. Belum lagi berbagai tagihan bulanan yang akan dibayar. Seperti rekening listrik dan tagihan kartu penyedia jasa layanan komunikasi pascabayar. Mama bingung mengenai apa sebenarnya yang terjadi pada Ayah.   Karena sebelumnya Ayah adalah orang yang sangat tekun,gigih dan ulet dalam bekerja. Hari-hari berlalu namun Ayah tetap kokoh pada kebisaaannya di setiap pagi. Yaitu,tidur,bukan bergerak untuk bekerja atau melamar kerja. Sampai pada suatu hari,kami mendapat informasi dari seseorang teman Ayah bahwa apa yang terjadi pada Ayah merupakan takdir Allah tapi ada penyebab lainnya. Yaitu semacam kekuatan ghaib jahat yang diwujudkan dalam sebuah benda yang ditanam oleh orang yang iri kepada keluarga kami. Yang ternyata adalah tetangga kami sendiri. Awalnya kami tidak percaya namun ketika orangtua saya menggali tanah di depan rumah ternyata ya,kami menemukan benda aneh yang ditanam pada tanah di depan rumah kami. Lalu,dengan izin Allah,Alhamdulillah kebisaaan buruk yang terjadi pada Ayah hilang. Namun masih ada masalah yang memusingkan yaitu bagaimana cara melanjutkan hidup. Dalam kalimat lain,yakni mencari uang demi kelansungan hidup. Yang pada saat itu Ayah kehilangan relasi-relasi bisnisnya karena sudah cukup lama vakum dari perusahaan yang dikelolanya itu dan juga sangatlah sulit untuk mencari pekerjaan dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki Ayah saya yaitu hanya lulusan Sekolah Teknik Menengah. Dan waktu itu adalah tahun ajaran baru dimana Abang saya akan dan harus melanjutkan pendidikannya di tingkat Sekolah Menengah Pertama,sedangkan saya memulai awal pendidikan saya di Taman Kanak-kanak. Mama dan Ayah memutuskan untuk pergi ke Payakumbuh,kota kelahiran Mama. Yang ternyata ada tujuan tersirat dari keputusan tersebut yaitu Mama dan Ayah memutuskan untuk menyekolahkan Abang di Payakumbuh karena biaya pendidikan di sana relatif murah. Namun di sana Abang tinggal dengan Ibu. Sapaan kami kepada Nenek dari silsilah keluarga Mama.   
Untuk membiayai kebutuhan Abang dan Nenek di sana beserta kebutuhan saya sebagai murid Taman Kanak-kanak. Ayah dan Mama memutuskan untuk memulai berdagang di Pekanbaru. Ayah dan Mama membeli barang dagangan setiap dua minggu sekali ke Payakumbuh. Barang dagangan tersebut di beli di salah satu pasar di kota Payakumbuh. Barang-barang yang dijual seperti merah produksi kota Payakumbuh yang terkenal kualitasnya bagus,selain itu juga sayur-sayuran segar dan berbagai kerajinan anyaman yang memiliki fungsi esensial dalam kehidupan sehari-hari. Ayah dan Mama juga membeli beratus-ratus kilogram beras Anak Daro dan Pandan Wangi yang terkenal di Sumatera Barat. Mulai saat itulah kondisi ekonomi keluarga kami berangsur-angsur membaik.  Ayah telah mendapat pekerjaan di salah satu perusahaan swasta yang bergerak di bidang Mechanical Seal Supplier and Pump,Engineer and Supervisor. Ayah dan Mama tetap melanjutkan berdagang dengan cara membuat kedai yang lumayan besar di samping rumah dan mama sendiri yang mengelolanya. Satu tahun kemudian,Abang dipindahkan kembali ke Pekanbaru  dan melanjutkan sekolah di SMP N 14 Pekanbaru.  Begitu juga dengan saya,saya melanjutkan pendidikan saya di Sekolah Dasar Negeri 008 Kel. Rintis Kec. Limapuluh Pekanbaru. Alhamdulillah,ada beberapa prestasi yang telah saya ukir di zaman seragam merah putih tersebut. Salah satu yang paling membanggakan orangtua saya adalah ketika saya menjadi juara 1 kelas berturut-turut selama 5 tahun atau 10 semester.  Hal itu dapat saya capai atas ridho Allah dan motivasi dari Ayah saya yang berjanji akan membelikan sesuatu apa saja yang saya inginkan jika saya menjadi juara 1 kelas. Dan Ayah selalu menepati janjinya. Selain itu kedua orangtua saya selalu hadir untuk menjemput rapor saya. Karena mereka bangga jika namanya disebut di depan khalayak ramai ketika pengumuman juara di lapangan sekolah. Di waktu SD ini juga Ayah dan Mama membeli 2 unit rumah secara kredit atau rumah KPR. Yang 2 unit rumah ini masing-masing kreditnya atas nama Ayah dan Mama.
Pendidikan di Sekolah Dasar usai sudah. Saya lulus dari SD dengan nilai yang termasuk dalam kategori sangat baik.  Sehingga saya dengan percaya diri mendaftar ke salah satu SMP Negeri terfavorit di Pekanbaru yaitu SMP N 4 Pekanbaru. Saya mendaftar di sana ditemani oleh Ayah saya,karena saya sangat dekat dan dimanja oleh Ayah. Bahkan saya lebih dekat dengan Ayah daripada dengan Mama dikala itu. Saya juga sering bercerita dan meminta tanggapan kepada Ayah atas apa yang patut dan apa yang sebaiknya saya lakukan sebelum melakukan sesuatu. Yang membuat saya salut adalah Ayah menyempatkan diri untuk mengantar dan menemani saya mendaftar di SMP tersebut sebelum pergi ke kantor. Di awal-awal sekolah prestasi saya menurun. Karena itulah masa transisi dari murid SD ke murid SMP.  Dengan saingan-saingan dalam belajar yang lebih berat pula. Pada semester 1 saya meraih peringkat 7. Kemudian, di semester 2 saya meraih peringkat 5. Dan pada semester 3 saya meraih peringkat 3. Alhamdulillah,pada 3 semester terakhir saya mampu mengukir prestasi kembali dengan menjadi juara 2 kelas  berturut-turut selama 3 semester. Dan saya juga mendapat juara 2 pada lomba e-du.kuis.net IT tingkat SMP se-Propinsi Riau yang diadakan oleh APKOMINDO ( Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia ). Dan saya pun lulus dari SMP dengan nilai yang memuaskan diatas 9.
Banyak kenangan yang tak terlupakan yang saya alami di masa-masa SMP. Mulai dari kenangan manis dan kenangan pahit. Kenangan manis itu ialah bertemu dengan 3 orang sahabat yang amat baik dan pengertian. Yakni,Rosena Nabila Putri,Amelia Larasati dan Karina Dilla Mustika. Melewati masa masa putih dongker dengan mereka merupakan hal yang bermakna. Sedangkan kenangan pahit itu sangat sangatlah pahit bahkan dapat dikatakan asam. Karena meninggalkan goresan luka di hati dan sanubari bagai diiris sebilah pisau lalu luka tersebut diberi jeruk nipis yang menciptakan rasa perih yang tak terlupakan. Yaitu diwaktu saya duduk di kelas 8 SMP. Pada saat itu usia saya 13 tahun. Pada hari Senin,tanggal 18 April 2011. Ketika itu saya sedang belajar Matematika. Tiba-tiba dengan cepat dan tergesa-gesa Abang saya mengetuk pintu kelas dan permisi kepada Guru yang sedang mengajar. ”Permisi,Bu,saya abangnya Shantika,saya mau jemput Shantika,Ayahnya masuk rumah sakit Bu!”,ujar Abang saya. Sontak keadaan kelas menjadi hening dan seluruh mata memandang saya. Saya terkejut mendengar berita tersebut. Saya sangat menyayangi Ayah saya. Saya menangis sepanjang perjalanan menuju Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad. Saya merasa ini semua hanya mimpi. Karena Ayah saya dalam keadaan yang sehat-sehat saja sebelumnya dan tidak memiliki riwayat penyakit yang berbahaya. Pada hari itu saya berteriak sangat histeris karena belum siap menerima kepergian Ayah. Garis yang mendeteksi detak jantung pada monitor tidak lagi menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Lalu saya dan keluarga serta teman dekat berdoa untuk kesembuhan Ayah. Lalu garis detak jantung timbul kembali menunjukkan bahwa jantung Ayah masih berdetak. Masi ada harapan Ayah untuk hidup. Ayah dirawat selama 6 hari dengan pindah dari RSUD ke Rumah Sakit Ibnu Sina dan pindah lagi ke RSUD. Sepertinya ada yang ingin Ayah ungkapkan kepada kami selama Ayah dirawat,namun selang yang ada pada mulutnya menghalanginya untuk mengungkapkan apa yang ada dalam benaknya. Ayah meninggal dunia selepas sholat zuhur pada hari sabtu tanggal 23 April 2011. Saat jenazah Ayah dimandikan kami melihat jasad Ayah yang tersenyum setelah kami berkata telah ikhlas melepas kepergian Ayah.
Penyebab Ayah meninggal yaitu,karena Ayah tersengat arus listrik 20.000 voltase saat naik keatap masjid Nurul Islam yang sedang di renovasi.  Sesaat sebelum ke masjid  Ayah saya baru saja menunaikan sholat dhuha dan masih menggunakan kopiah favoritnya dengan jaket dan celana panjang yang melekat di tubuhnya,Yang membuat saya heran adalah baju tersebut tidak terbakar sama sekali begitu juga kopiah dan celana panjang yang dikenakan Ayah saya.  Namun sebagian badan Ayah saya terbakar. Sebagian dahi ikut terbakar dan sebagian lagi beserta rambut tidak terbakar karena terlindung oleh kopiah. Selain itu Ayah juga mengalami benturan keras di kepala yang menyebabkan pendarahan yang cukup parah di bagian otak.


Tujuan Ayah saya waktu itu pergi ke masjid adalah untuk mengabsensi tukang yang bekerja,atas permintaan bendahara masjid yang saya sapa Om Darmawi,karena waktu itu Ayah saya menjabat sebagai sekretaris Masjid. Itu pertama kalinya Ayah saya diberikan amanat untuk menjadi pengurus masjid. Ya,karena satu tahun itu Ayah saya diberhentikan dari kantornya setelah mendapat reward sebagai  pegawai terbaik dan menjadi orang nomor 2 di  kantor cabang perusahaan tersebut. Namanya juga kehidupan bermasyarakat dalam lingkungan pekerjaan,pasti ada yang tidak ingin disaingi dan tidak ingin direbut posisinya. Sehingga membuat orang lupa akan dosa dan menghalalkan segala cara untuk menyingkirkan orang yang dianggapnya berbahaya dalam karirnya. Setelah diberhentikan Ayah memutuskan untuk membuka kembali PT. Putra Putri Azel. Namun setelah sekian lama vakum, sangatlah sulit untuk mendirikannya kembali. Lalu Ayah membuat badan usaha baru dengan nama CV. Azel Jaya Teknik yang bergerak dalam bidang yang sama dengan badan usaha sebelumnya sehingga dengan bekerja sebagai wiraswasta,Ayah memiliki lebih banyak waktu di rumah dan beribadah ke Masjid. Itulah kenapa Ayah diamanatkan menjadi salah satu dari pengurus Masjid yang direnovasi tersebut.
Namun sungguh naas kecelakaan yang menimpa Ayah. Berdasarkan saksi mata Ayah saya tersangkut pada kabel listrik tersebut dan ada juga yang mengatakan bahwa Ayah saya tersandung lalu seluruh tubuhnya dibungkus oleh api biru. Padahal Ayah berencana akan pergi ke kota Dumai khususnya Pertamina untuk mengurus tender yang dimenangkan oleh Ayah. Ayah memenangkan tender hampir 500 juta rupiah yang dibagi dalam 10 bagian suplai. Sehingga hasil yang didapat dalam setiap suplainya itu adalah sekitar 50 juta rupiah.  Ayah dan Mama berencana ingin pergi naik haji menunaikan ibadah ke Tanah Suci. Dan tentu saja cita-cita Ayah dan Mama belum terwujud. Karena 9 dari 10 tender itu dibatalkan karena Ayah telah meninggal. Sedangkan satu tender dijalankan ketika Ayah sedang dirawat di Rumah Sakit.  
Tak berapa lama setelah Ayah meninggal Abang mendapat pekerjaan sebagai pegawai honorer di Dinas Pekerjaan Umum di bagian Konsultan Pengaadaan Tanah untuk pembangunan jalan tol Pekanbaru-Duri dan hingga saat ini Abang masih bekerja disana. Sedangkan Mama mendapat pekerjaan sebagai Agen Asuransi di PT. BNI Life Pekanbaru. Ada lagi cobaan yang menimpa keluarga kami yaitu bahwa mobil yang kami miliki hilang BPKBnya,yang ternyata BPKB itu berada pada salah satu leasing di Pekanbaru. Ternyata ada saudara Ayah yang menjadikan mobil Ayah sebagai jaminan pinjamannya atas sejumlah uang yang iya pinjam di leasing tersebut. Dia tidak membayar angsuran hutang tersebut dan ia lepas tanggung jawab dari hutang-hutangnya. Jika kami tidak membayar angsuran uang yang berjumlah Rp.  2,666,666-, per bulan  selama 3 tahun penuh,maka mobil kami akan diambil karena mobil kamilah yang dijadikan sebagai jaminannya. Mama tidak sanggup lagi rasanya menjalani hidup dan melunasi hutang-hutang yang uangnya tidak sepersen pun dinikmati oleh kami sekeluarga termasuk Ayah. Salah satu rumah yang Ayah kredit di Panam di sebuah perumahan di belakang kampus UIN Suska menglami pemutihan,atau dalam kata lain kredit menjadi lunas karena orang yang melakukan pembayaran kredit telah meninggal. Namun,rumah itu kemudian dijual untuk melunasi hutang di leasing tersebut tapi masih tetap kurang. Uang tabungan di bank pun telah berkurang drastis. Mama memutuskan untuk menikah lagi dengan maksud untuk meringankan beban yang ditanggung keluarga ini. Namun hal itu jauh dari harapan Papa tiri tersebut lepas tanggung jawab ia tidak bisa menafkahi kami tidak sesuai dengan janji-janjinya. Bahkan dialah yang menumpang hidup kepada kami.
Setamatnya dari SMP saya pindah ke Dumai selama satu tahun saya bersekolah di Sekolah Menengah Atas paling favorit di dumai. Saya mendapatkan rangking 4 ketika tes masuk SMA tersebut dari 150 orang siswa. Saya cukup banyak mengukir prestasi diantaranya menjadi juara 2 kelas selama satu tahun. Merebut gelar juara 1 di kompetisi paling bergengsi diantara siswa-siswi SMA,yaitu juara 1 Olimpiade Sains Kota bidang Komputer di Dumai,juara 3 lomba Video Edukasi,juara 3 lomba Desain Grafis tingkat SMA dalam acara Smile Olympiad dan prestasi lainnya. Saya juga merupakan anggota KIR dan Klub Bahasa Inggris disana. Disana saya menemukan dua sahabat yang sangat baik mereka non muslim dan juga keturunan Tionghoa namun sikapnya sangat baik dan terpuji. Mereka berdua merupakan saudara sepupu namanya Chang dan Kristina.
Namun pada kenaikan kelas 11 SMA saya pindah kembali ke tanah kelahiran saya,kota Pekanbaru. Karena Mama berkonflik dengan Papa tiri saya yang berdomisili di Dumai karena nyatanya dia tidak mampu menafkahi kami. Saya pindah ke SMA Negeri 1 Pekanbaru. Namun sayangnya prestasi saya belum cemerlang. Tapi semua itu haruslah disyukuri dan semua prestasi itu nyatanya bergantung dengan seberapa besar usaha kita untuk mewujudkannya. Karena hal ini berkaitan dengan pelajaran Fisika khususnya pada Hukum III Newton dimana aksi sama dengan reaksi. Saya menafsirkan hukum ini sebagai berikut yaitu seberapa besar usaha yang kita berikan dalam menggapai sesuatu,sebesar itu pula hasil yang akan kita dapatkan. Namun ada beberapa hal yang saya kecewakan. Yakni sulit menemukan kejujuran dalam berkompetisi meraih nilai. Tapi yasudahlah,Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mendengar. Prestasi yang saya raih di SMA yang sekarang ini adalah rangking 6 besar selama satu tahun yakni pada  2 semester di kelas 11.. Saya termasuk dalam Top 50 penulis essai bahasa inggris  terbaik yang diadakan oleh University of James Cook Singapore dan juara harapan 1 lomba cerdas cermat PKN yang diadakan di Gedung RRI Pekanbaru. Saya juga mendapatkan banyak pengalaman berharga yakni mengikuti debat bahasa Indonesia dalam kompetisi bergengsi yakni Lomba Debat Bahasa Indonesia (LDBI) se-Propinsi Riau dan saya beserta tim mendapatkan urutan ke-5 jika diurutkan berdasarkan nilai. Saya juga mengikuti lomba programming di Politeknik Caltex Riau namun belum berhasil di tahap final. Dan mengikuti OSK Komputer namun belum berhasil di tahun 2014 ini. Dan sekarang saya duduk di bangku kelas 12 SMA jurusan IPA. Dan pada semester 5 ini saya meraih peringkat 4. Saya mendapatkan Beasiswa Unggulan atau beasiswa penuh di Universitas Internasional Batam di program studi Sistem Informasi. Dan baru-baru ini saya mengikuti Try Out yang diadakan Telkom University dan saya meraih peringkat ke-2 se-Provinsi Riau.
 Dan saya sangat sangat berharap sekali saya dan Mama berumur panjang sehingga saya dapat mengumpulkan uang untuk naik haji bersama-sama dengan Mama. Motto saya dalam menjalankan kehidupan ini adalah “Jujurlah dalam setiap kesempatan dan utarakanlah apa yang menjadi pengganggu pikiranmu agar tidak menjadi gumpalan derita dalam hati dan otakmu,perjuangkan hakmu dan laksanakan kewajibanmu. ”
Selain itu ada pesan-pesan tersirat yang Ayah sampaikan kepada saya sebelum Ayah meninggal. Pagi sebelum Ayah mengantar saya sekolah pada tanggal 18 April 2011. Ayah memberikan saya selembar uang dua puluh ribu rupiah dan mengatakan agar saya tidak boros-boros menggunakan uang. Karena sebelumnya saya sangatlah boros dalam jajan. Ayah juga berkata,'' Ini handphone terakhir yang Ayah belikan untuk Adek,tolong hemat-hemat memakainya,Ayah tak akan membelikan hanphone untuk adek lagi ",ujar Ayah ketika membelikan saya handphone baru beberapa hari sebelum kepergiannya. Hari-hari sebelumnya Ayah berkata kepada saya," Jujurlah dalam mengerjakan ujian dan dalam setiap hal meski terkadang jujur itu menyakitkan,lebih rajin lagi belajar,jangan melawan ke Mama ",ujar Ayah dan malam sebelum Ayah saya mengalami kecelakaan itu Ayah berpesan agar saya tidak meninggalkan sholat karena kita tidak tahu kapan kita akan meninggal. Semoga Ayah tenang disisi Allah SWT. Saya pernah bermimpi Ayah berada pada jembatan kayu yang indah di sebuah pantai. Ayah memakai celana hitam,kopiah hitam dan baju batik berwarna hijau yang sangat indah yang warnanya lebih menyejukkan dari warna tumbuhan dan pepohonan. Baju tersebut terbuat dari sutera. Dan besoknya setelah bermimpi saya membaca buku agama yang berjudul “Kunci Masuk Surga” di dalamnya tertulis bahwa lelaki yang semasa hidupnya di dunia tidak pernah memakai pakaian yang terbuat dari sutera maka sungguhlah selamat hidupnya dan kebaikan untuknya dan dia hidup kekal di dalam surga dengan pakaian yang bersih dan indah yang terbuat dari sutera. Dan kini saya,Mama dan Abang tinggal di Pasir Putih.Semoga saya dapat menjalankan pesan-pesan yang Ayah sampaikan dan amanatkan. Dan semoga kami sekeluarga dapat bertemu di surga.

0 comments:

Post a Comment