Kisah
Hidup Diriku
Nama
saya Shantika Erina Azel. Teman sekolah kerap memanggil saya Shantika atau
Azel,sedangkan keluarga dan tetangga memanggil saya Erin atau Ririn. Saya lahir
di kota Pekanbaru pada tanggal 15 September 1997. Yakni,tahun dimana masyarakat
kota Pekanbaru mengalami penderitaan dalam
gumpalan asap. Mungkin itu salah satu alasan lain mengapa saya memiliki kulit sawo matang. Saya dilahirkan di tengah-tengah keluarga yang kekurangan,sederhana atau
berkecukupan. Hal itu membingungkan karena keluarga kami mengalami banyak
sekali pasang surut ekonomi. Saya merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Saya
mempunyai seorang abang yang bernama dan hanya dialah satu-satunya saudara kandung saya. Dalam rentang
usia kami memiliki perbedaan usia yang cukup signifikan yaitu tujuh tahun. Keluarga
kecil kami dikepalai oleh seorang kepala keluarga yang ramah,penyabar,bijaksana,baik,religius
dan penyayang. Itulah sosok seorang Ayah yang banyak diidam-idamkan anak-anak. Ayah
saya bernama Azimur. Ayah saya merupakan anak yatim piatu,hal ini menjadi salah satu penyebab mengapa Ayah sangat
menyayangi anak-anaknya,terlebih saya. Ayah bekerja di sebuah perusahaan swasta
yang bergerak di bidang pompa dan alat-alat yang dibutuhkan oleh
perusahaan-perusahaan besar seperti Pertamina dan RAPP. Mama saya merupakan
ibu rumah tangga yang cukup efektif dan
efisien dalam pengunaan uang. Selain itu mama juga memiliki sifat sangat
cerewet,namun ya begitulah kodrat seorang wanita. Mama rajin memasak dan
memiliki kemampuan dan keterampilan yang bagus dalam bidang memasak dan
menjahit serta merangkai bunga. Dulu kami tinggal di sebuah ruko yang strategis
di Jl.Kuantan Raya dengan ukuran ruko yang
lumayan besar dengan fasilitas seorang sopir dan sebuah mobil perusahaan.
Seiring
berjalannya waktu,sekitar satu tahun sudah aku berada di bumi Allah ini. Kami
pindah ke sebuah rumah sewa di Jl.Kuantan 2 Gg.Jawa no.8A. Kami pindah karena
Ayah berpindah kantor. Tak banyak memori yang saya ingat di waktu kecil. Satu
memori yang paling melekat pada ingatan saya,yaitu Ayah saya berhenti bekerja
lalu membuka badan usaha sendiri
dibidang Mechanical Seal Supplier and Pump.
Nama badan usaha itu ialah PT.Putra Putri Azel. Alhamdulillah,usaha itu
berjalan dengan lancar hingga akhirnya Ayah dapat mengumpulkan sejumlah besar
uang rupiah bahkan uang dolar. Dan pada waktu itu Ayah juga membeli tanah
berukuran 600 meter persegi di sebuah daerah yang sekarang diberi nama Jl.Labersa.
Dan pada tahun 2000 keluarga kecil kami dapat membeli sebuah mobil Isuzu
Panther keluaran terbaru dan merupakan unit yang pertama di Pekanbaru. Keluarga kami sangat bahagia dikala itu. Kami
sering pergi rekreasi dalam kota ke Alam Mayang,Taman Damai Langgeng dan di luar kota yakni,Batang Tabit,Pantai Maling
Kundang,Danau Singkarak,Lembah Anai,Sungai Air Jernih,Padang,Bukittinggi dan
tempat-tempat menarik lainnya yang ada di propinsi Sumatera Barat.
Tidak
ada kebahagiaan yang kekal di dunia fana ini. Itulah yang terjadi pada keluarga
kami. Belum cukup rasanya kami menikmati kebahagiaan dari karunia Allah,Tuhan
Yang Maha Merajai. Ada benarnya pepatah yang mengatakan roda pasti berputar. Kita
tidak akan selalu berada di atas ada kalanya kita akan berada di bawah. Ya,begitulah
nasib yang kami alami. Ayah
menganggur tak lama setelah kejayaan bisnis yang digelutinya. Setiap pagi Ayah
duduk di kursi ruang tamu. Anehnya lagi,baru duduk sebentar,Ayah mengantuk dan
lansung tertidur duduk. Sedangkan Mama hanyalah seorang Ibu Rumah Tangga. Banyak
hal yang Mama pusingkan ketika Ayah menganggur. Wajar saja, Ibu mana yang tidak
akan khawatir ketika kondisi keuangan keluarga memburuk dan persediaan sembako
menipis. Belum lagi berbagai tagihan bulanan yang akan dibayar. Seperti
rekening listrik dan tagihan kartu penyedia jasa layanan komunikasi pascabayar.
Mama bingung mengenai apa sebenarnya yang terjadi pada Ayah. Karena
sebelumnya Ayah adalah orang yang sangat tekun,gigih dan ulet dalam bekerja. Hari-hari
berlalu namun Ayah tetap kokoh pada kebisaaannya di setiap pagi. Yaitu,tidur,bukan
bergerak untuk bekerja atau melamar kerja. Sampai pada suatu hari,kami mendapat
informasi dari seseorang teman Ayah bahwa apa yang terjadi pada Ayah merupakan
takdir Allah tapi ada penyebab lainnya. Yaitu semacam kekuatan ghaib jahat yang
diwujudkan dalam sebuah benda yang ditanam oleh orang yang iri kepada keluarga
kami. Yang ternyata adalah tetangga kami sendiri. Awalnya kami tidak percaya
namun ketika orangtua saya menggali tanah di depan rumah ternyata ya,kami
menemukan benda aneh yang ditanam pada tanah di depan rumah kami. Lalu,dengan
izin Allah,Alhamdulillah kebisaaan buruk yang terjadi pada Ayah hilang. Namun
masih ada masalah yang memusingkan yaitu bagaimana cara melanjutkan hidup. Dalam
kalimat lain,yakni mencari uang demi kelansungan hidup. Yang pada saat itu Ayah
kehilangan relasi-relasi bisnisnya karena sudah cukup lama vakum dari
perusahaan yang dikelolanya itu dan juga sangatlah sulit untuk mencari pekerjaan
dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki Ayah saya yaitu hanya lulusan Sekolah
Teknik Menengah. Dan waktu itu adalah tahun ajaran baru dimana Abang saya akan
dan harus melanjutkan pendidikannya di tingkat Sekolah Menengah
Pertama,sedangkan saya memulai awal pendidikan saya di Taman Kanak-kanak. Mama
dan Ayah memutuskan untuk pergi ke Payakumbuh,kota kelahiran Mama. Yang
ternyata ada tujuan tersirat dari keputusan tersebut yaitu Mama dan Ayah
memutuskan untuk menyekolahkan Abang di Payakumbuh karena biaya pendidikan di
sana relatif murah. Namun di sana Abang tinggal dengan Ibu. Sapaan kami kepada
Nenek dari silsilah keluarga Mama.
Untuk
membiayai kebutuhan Abang dan Nenek di sana beserta kebutuhan saya sebagai
murid Taman Kanak-kanak. Ayah dan Mama memutuskan untuk memulai berdagang di
Pekanbaru. Ayah dan Mama membeli barang dagangan setiap dua minggu sekali ke
Payakumbuh. Barang dagangan tersebut di beli di salah satu pasar di kota
Payakumbuh. Barang-barang yang dijual seperti merah produksi kota Payakumbuh yang
terkenal kualitasnya bagus,selain itu juga sayur-sayuran segar dan berbagai
kerajinan anyaman yang memiliki fungsi esensial dalam kehidupan sehari-hari.
Ayah dan Mama juga membeli beratus-ratus kilogram beras Anak Daro dan Pandan
Wangi yang terkenal di Sumatera Barat. Mulai saat itulah kondisi ekonomi
keluarga kami berangsur-angsur membaik. Ayah telah mendapat pekerjaan di salah satu
perusahaan swasta yang bergerak di bidang Mechanical
Seal Supplier and Pump,Engineer and Supervisor. Ayah dan Mama tetap
melanjutkan berdagang dengan cara membuat kedai yang lumayan besar di samping
rumah dan mama sendiri yang mengelolanya. Satu tahun kemudian,Abang dipindahkan
kembali ke Pekanbaru dan melanjutkan
sekolah di SMP N 14 Pekanbaru. Begitu
juga dengan saya,saya melanjutkan pendidikan saya di Sekolah Dasar Negeri 008
Kel. Rintis Kec. Limapuluh Pekanbaru. Alhamdulillah,ada beberapa prestasi yang
telah saya ukir di zaman seragam merah putih tersebut. Salah satu yang paling
membanggakan orangtua saya adalah ketika saya menjadi juara 1 kelas
berturut-turut selama 5 tahun atau 10 semester. Hal itu dapat saya capai atas ridho Allah dan
motivasi dari Ayah saya yang berjanji akan membelikan sesuatu apa saja yang
saya inginkan jika saya menjadi juara 1 kelas. Dan Ayah selalu menepati
janjinya. Selain itu kedua orangtua saya selalu hadir untuk menjemput rapor
saya. Karena mereka bangga jika namanya disebut di depan khalayak ramai ketika
pengumuman juara di lapangan sekolah. Di waktu SD ini juga Ayah dan Mama membeli 2 unit rumah secara kredit atau rumah KPR. Yang 2 unit rumah ini masing-masing kreditnya atas nama Ayah dan Mama.
Pendidikan
di Sekolah Dasar usai sudah. Saya lulus dari SD dengan nilai yang termasuk
dalam kategori sangat baik. Sehingga
saya dengan percaya diri mendaftar ke salah satu SMP Negeri terfavorit di
Pekanbaru yaitu SMP N 4 Pekanbaru. Saya mendaftar di sana ditemani oleh Ayah
saya,karena saya sangat dekat dan dimanja oleh Ayah. Bahkan saya lebih dekat
dengan Ayah daripada dengan Mama dikala itu. Saya juga sering bercerita dan meminta tanggapan
kepada Ayah atas apa yang patut dan apa yang sebaiknya saya lakukan sebelum
melakukan sesuatu. Yang membuat saya salut adalah Ayah menyempatkan diri untuk
mengantar dan menemani saya mendaftar di SMP tersebut sebelum pergi ke kantor. Di
awal-awal sekolah prestasi saya menurun. Karena itulah masa transisi dari murid SD ke
murid SMP. Dengan saingan-saingan dalam
belajar yang lebih berat pula. Pada semester 1 saya meraih peringkat 7. Kemudian, di semester 2 saya meraih peringkat 5. Dan pada semester 3 saya meraih peringkat 3. Alhamdulillah,pada 3 semester terakhir saya mampu
mengukir prestasi kembali dengan menjadi juara 2 kelas berturut-turut selama 3 semester. Dan saya
juga mendapat juara 2 pada lomba e-du.kuis.net IT tingkat SMP se-Propinsi Riau yang diadakan oleh APKOMINDO ( Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia ).
Dan saya pun lulus dari SMP dengan nilai yang memuaskan diatas 9.
Banyak
kenangan yang tak terlupakan yang saya alami di masa-masa SMP. Mulai dari kenangan
manis dan kenangan pahit. Kenangan manis itu ialah bertemu dengan 3 orang
sahabat yang amat baik dan pengertian. Yakni,Rosena Nabila Putri,Amelia
Larasati dan Karina Dilla Mustika. Melewati masa masa putih dongker dengan
mereka merupakan hal yang bermakna. Sedangkan kenangan pahit itu sangat
sangatlah pahit bahkan dapat dikatakan asam. Karena meninggalkan goresan luka
di hati dan sanubari bagai diiris sebilah pisau lalu luka tersebut diberi jeruk
nipis yang menciptakan rasa perih yang tak terlupakan. Yaitu diwaktu saya duduk
di kelas 8 SMP. Pada saat itu usia saya 13 tahun. Pada hari Senin,tanggal 18
April 2011. Ketika itu saya sedang belajar Matematika. Tiba-tiba dengan cepat
dan tergesa-gesa Abang saya mengetuk pintu kelas dan permisi kepada Guru yang
sedang mengajar. ”Permisi,Bu,saya abangnya Shantika,saya mau jemput Shantika,Ayahnya
masuk rumah sakit Bu!”,ujar Abang saya. Sontak keadaan kelas menjadi hening dan
seluruh mata memandang saya. Saya terkejut mendengar berita tersebut. Saya
sangat menyayangi Ayah saya. Saya menangis sepanjang perjalanan menuju Rumah
Sakit Umum Daerah Arifin Achmad. Saya merasa ini semua hanya mimpi. Karena Ayah
saya dalam keadaan yang sehat-sehat saja sebelumnya dan tidak memiliki riwayat
penyakit yang berbahaya. Pada hari itu saya berteriak sangat histeris karena
belum siap menerima kepergian Ayah. Garis yang mendeteksi detak jantung pada
monitor tidak lagi menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Lalu saya dan keluarga
serta teman dekat berdoa untuk kesembuhan Ayah. Lalu garis detak jantung timbul
kembali menunjukkan bahwa jantung Ayah masih berdetak. Masi ada harapan Ayah
untuk hidup. Ayah dirawat selama 6 hari dengan pindah dari RSUD ke Rumah Sakit
Ibnu Sina dan pindah lagi ke RSUD. Sepertinya ada yang ingin Ayah ungkapkan
kepada kami selama Ayah dirawat,namun selang yang ada pada mulutnya
menghalanginya untuk mengungkapkan apa yang ada dalam benaknya. Ayah meninggal
dunia selepas sholat zuhur pada hari sabtu tanggal 23 April 2011. Saat jenazah
Ayah dimandikan kami melihat jasad Ayah yang tersenyum setelah kami berkata
telah ikhlas melepas kepergian Ayah.
Penyebab
Ayah meninggal yaitu,karena Ayah tersengat arus listrik 20.000 voltase saat
naik keatap masjid Nurul Islam yang sedang di renovasi. Sesaat sebelum ke masjid Ayah saya baru saja menunaikan sholat dhuha
dan masih menggunakan kopiah favoritnya dengan jaket dan celana panjang yang
melekat di tubuhnya,Yang membuat saya heran adalah baju tersebut tidak terbakar
sama sekali begitu juga kopiah dan celana panjang yang dikenakan Ayah saya. Namun sebagian badan Ayah saya terbakar. Sebagian
dahi ikut terbakar dan sebagian lagi beserta rambut tidak terbakar karena terlindung
oleh kopiah. Selain itu Ayah juga mengalami benturan keras di kepala yang
menyebabkan pendarahan yang cukup parah di bagian otak.
Tujuan
Ayah saya waktu itu pergi ke masjid adalah untuk mengabsensi tukang yang
bekerja,atas permintaan bendahara masjid yang saya sapa Om Darmawi,karena waktu
itu Ayah saya menjabat sebagai sekretaris Masjid. Itu pertama kalinya Ayah saya
diberikan amanat untuk menjadi pengurus masjid. Ya,karena satu tahun itu Ayah
saya diberhentikan dari kantornya setelah mendapat reward sebagai pegawai terbaik dan menjadi orang nomor 2
di kantor cabang perusahaan tersebut. Namanya
juga kehidupan bermasyarakat dalam lingkungan pekerjaan,pasti ada yang tidak
ingin disaingi dan tidak ingin direbut posisinya. Sehingga membuat orang lupa
akan dosa dan menghalalkan segala cara untuk menyingkirkan orang yang
dianggapnya berbahaya dalam karirnya. Setelah diberhentikan Ayah memutuskan
untuk membuka kembali PT. Putra Putri Azel. Namun setelah sekian lama vakum,
sangatlah sulit untuk mendirikannya kembali. Lalu Ayah membuat badan usaha baru
dengan nama CV. Azel Jaya Teknik yang bergerak dalam bidang yang sama dengan
badan usaha sebelumnya sehingga dengan bekerja sebagai wiraswasta,Ayah memiliki
lebih banyak waktu di rumah dan beribadah ke Masjid. Itulah kenapa Ayah
diamanatkan menjadi salah satu dari pengurus Masjid yang direnovasi tersebut.
Namun
sungguh naas kecelakaan yang menimpa Ayah. Berdasarkan saksi mata Ayah saya
tersangkut pada kabel listrik tersebut dan ada juga yang mengatakan bahwa Ayah
saya tersandung lalu seluruh tubuhnya dibungkus oleh api biru. Padahal Ayah
berencana akan pergi ke kota Dumai khususnya Pertamina untuk mengurus tender
yang dimenangkan oleh Ayah. Ayah memenangkan tender hampir 500 juta rupiah yang
dibagi dalam 10 bagian suplai. Sehingga hasil yang didapat dalam setiap
suplainya itu adalah sekitar 50 juta rupiah. Ayah dan Mama berencana ingin pergi naik haji
menunaikan ibadah ke Tanah Suci. Dan tentu saja cita-cita Ayah dan Mama belum
terwujud. Karena 9 dari 10 tender itu dibatalkan karena Ayah telah meninggal. Sedangkan
satu tender dijalankan ketika Ayah sedang dirawat di Rumah Sakit.
Tak
berapa lama setelah Ayah meninggal Abang mendapat pekerjaan sebagai pegawai
honorer di Dinas Pekerjaan Umum di bagian Konsultan Pengaadaan Tanah untuk pembangunan
jalan tol Pekanbaru-Duri dan hingga saat ini Abang masih bekerja disana. Sedangkan
Mama mendapat pekerjaan sebagai Agen Asuransi di PT. BNI Life Pekanbaru. Ada
lagi cobaan yang menimpa keluarga kami yaitu bahwa mobil yang kami miliki
hilang BPKBnya,yang ternyata BPKB itu berada pada salah satu leasing di Pekanbaru.
Ternyata ada saudara Ayah yang menjadikan mobil Ayah sebagai jaminan
pinjamannya atas sejumlah uang yang iya pinjam di leasing tersebut. Dia tidak
membayar angsuran hutang tersebut dan ia lepas tanggung jawab dari
hutang-hutangnya. Jika kami tidak membayar angsuran uang yang berjumlah Rp. 2,666,666-, per bulan selama 3 tahun penuh,maka mobil kami akan
diambil karena mobil kamilah yang dijadikan sebagai jaminannya. Mama tidak
sanggup lagi rasanya menjalani hidup dan melunasi hutang-hutang yang uangnya
tidak sepersen pun dinikmati oleh kami sekeluarga termasuk Ayah. Salah satu
rumah yang Ayah kredit di Panam di sebuah perumahan di belakang kampus UIN
Suska menglami pemutihan,atau dalam kata lain kredit menjadi lunas karena orang yang melakukan pembayaran kredit telah meninggal. Namun,rumah itu kemudian dijual untuk melunasi hutang di leasing tersebut tapi masih tetap kurang. Uang tabungan di
bank pun telah berkurang drastis. Mama memutuskan untuk menikah lagi dengan
maksud untuk meringankan beban yang ditanggung keluarga ini. Namun hal itu jauh
dari harapan Papa tiri tersebut lepas tanggung jawab ia tidak bisa menafkahi
kami tidak sesuai dengan janji-janjinya. Bahkan dialah yang menumpang hidup
kepada kami.
Setamatnya
dari SMP saya pindah ke Dumai selama satu tahun saya bersekolah di Sekolah
Menengah Atas paling favorit di dumai. Saya mendapatkan rangking 4 ketika tes
masuk SMA tersebut dari 150 orang siswa. Saya cukup banyak mengukir prestasi diantaranya menjadi
juara 2 kelas selama satu tahun. Merebut gelar juara 1 di kompetisi paling bergengsi
diantara siswa-siswi SMA,yaitu juara 1 Olimpiade Sains Kota bidang Komputer di
Dumai,juara 3 lomba Video Edukasi,juara 3 lomba Desain Grafis tingkat SMA dalam
acara Smile Olympiad dan prestasi lainnya. Saya juga merupakan anggota KIR dan
Klub Bahasa Inggris disana. Disana saya menemukan dua sahabat yang sangat baik
mereka non muslim dan juga keturunan Tionghoa namun sikapnya sangat baik dan
terpuji. Mereka berdua merupakan saudara sepupu namanya Chang dan Kristina.
Namun
pada kenaikan kelas 11 SMA saya pindah kembali ke tanah kelahiran saya,kota
Pekanbaru. Karena Mama berkonflik dengan Papa tiri saya yang berdomisili di
Dumai karena nyatanya dia tidak mampu menafkahi kami. Saya pindah ke SMA Negeri
1 Pekanbaru. Namun sayangnya prestasi saya belum cemerlang. Tapi semua itu
haruslah disyukuri dan semua prestasi itu nyatanya bergantung dengan seberapa
besar usaha kita untuk mewujudkannya. Karena hal ini berkaitan dengan pelajaran
Fisika khususnya pada Hukum III Newton dimana aksi sama dengan reaksi. Saya
menafsirkan hukum ini sebagai berikut yaitu seberapa besar usaha yang kita berikan
dalam menggapai sesuatu,sebesar itu pula hasil yang akan kita dapatkan. Namun
ada beberapa hal yang saya kecewakan. Yakni sulit menemukan kejujuran dalam
berkompetisi meraih nilai. Tapi yasudahlah,Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mendengar. Prestasi yang saya raih di SMA yang sekarang ini adalah rangking 6
besar selama satu tahun yakni pada 2
semester di kelas 11.. Saya termasuk dalam Top 50 penulis essai bahasa inggris terbaik yang diadakan oleh University of James
Cook Singapore dan juara harapan 1 lomba cerdas cermat PKN yang diadakan di
Gedung RRI Pekanbaru. Saya juga mendapatkan banyak pengalaman berharga yakni
mengikuti debat bahasa Indonesia dalam kompetisi bergengsi yakni Lomba Debat
Bahasa Indonesia (LDBI) se-Propinsi Riau dan saya beserta tim mendapatkan
urutan ke-5 jika diurutkan berdasarkan nilai. Saya juga mengikuti lomba
programming di Politeknik Caltex Riau namun belum berhasil di tahap final. Dan mengikuti OSK Komputer
namun belum berhasil di tahun 2014 ini. Dan sekarang saya duduk di bangku kelas 12 SMA
jurusan IPA. Dan pada semester 5 ini saya meraih peringkat 4. Saya mendapatkan Beasiswa Unggulan atau beasiswa penuh di Universitas Internasional Batam di program studi Sistem Informasi. Dan baru-baru ini saya mengikuti Try Out yang diadakan Telkom University dan saya meraih peringkat ke-2 se-Provinsi Riau.
Dan saya sangat sangat berharap sekali saya dan Mama berumur panjang sehingga saya dapat mengumpulkan uang untuk naik haji bersama-sama dengan Mama. Motto saya dalam menjalankan kehidupan ini adalah “Jujurlah dalam setiap kesempatan dan utarakanlah apa yang menjadi pengganggu pikiranmu agar tidak menjadi gumpalan derita dalam hati dan otakmu,perjuangkan hakmu dan laksanakan kewajibanmu. ”
Dan saya sangat sangat berharap sekali saya dan Mama berumur panjang sehingga saya dapat mengumpulkan uang untuk naik haji bersama-sama dengan Mama. Motto saya dalam menjalankan kehidupan ini adalah “Jujurlah dalam setiap kesempatan dan utarakanlah apa yang menjadi pengganggu pikiranmu agar tidak menjadi gumpalan derita dalam hati dan otakmu,perjuangkan hakmu dan laksanakan kewajibanmu. ”
Selain
itu ada pesan-pesan tersirat yang Ayah sampaikan kepada saya sebelum Ayah
meninggal. Pagi sebelum Ayah mengantar saya sekolah pada tanggal 18 April 2011.
Ayah memberikan saya selembar uang dua puluh ribu rupiah dan mengatakan agar
saya tidak boros-boros menggunakan uang. Karena sebelumnya saya sangatlah boros
dalam jajan. Ayah juga berkata,'' Ini handphone terakhir yang Ayah belikan untuk Adek,tolong hemat-hemat memakainya,Ayah tak akan membelikan hanphone untuk adek lagi ",ujar Ayah ketika membelikan saya handphone baru beberapa hari sebelum kepergiannya. Hari-hari sebelumnya Ayah berkata kepada saya," Jujurlah dalam
mengerjakan ujian dan dalam setiap hal meski terkadang jujur itu menyakitkan,lebih
rajin lagi belajar,jangan melawan ke Mama ",ujar Ayah dan malam sebelum Ayah saya mengalami
kecelakaan itu Ayah berpesan agar saya tidak meninggalkan sholat karena kita
tidak tahu kapan kita akan meninggal. Semoga Ayah tenang disisi Allah SWT. Saya
pernah bermimpi Ayah berada pada jembatan kayu yang indah di sebuah pantai. Ayah
memakai celana hitam,kopiah hitam dan baju batik berwarna hijau yang sangat
indah yang warnanya lebih menyejukkan dari warna tumbuhan dan pepohonan. Baju
tersebut terbuat dari sutera. Dan besoknya setelah bermimpi saya membaca buku
agama yang berjudul “Kunci Masuk Surga” di dalamnya tertulis bahwa lelaki yang
semasa hidupnya di dunia tidak pernah memakai pakaian yang terbuat dari sutera
maka sungguhlah selamat hidupnya dan kebaikan untuknya dan dia hidup kekal di
dalam surga dengan pakaian yang bersih dan indah yang terbuat dari sutera. Dan
kini saya,Mama dan Abang tinggal di Pasir Putih.Semoga saya dapat menjalankan pesan-pesan yang Ayah sampaikan dan amanatkan.
Dan semoga kami sekeluarga dapat bertemu di surga.
0 comments:
Post a Comment